KEPEMIMPINAN GURU SEBAGAI PILAR SENTRAL TRANSFORMASI PEMBELAJARAN DI ERA KURIKULUM MERDEKA: Kajian Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Kapasitas Profesional
KEPEMIMPINAN
GURU SEBAGAI PILAR SENTRAL TRANSFORMASI PEMBELAJARAN DI ERA KURIKULUM MERDEKA:
Kajian Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Kapasitas Profesional
Oleh:
Kristina Ratna
Kartika, S.Pd., M.Pd.
Kepala Sekolah
SMPN 1 Trangkil
ABSTRAK
Artikel ini menyajikan kajian
mendalam mengenai Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) sebagai variabel
kritis dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kepemimpinan Guru
didefinisikan sebagai kemampuan sentral seorang pendidik untuk mengelola lingkungan
belajar, memotivasi peserta didik, dan mendorong inovasi kolektif.1 Dalam konteks implementasi
Kurikulum Merdeka (KM), peran guru telah bergeser dari sekadar pelaksana
instruksional menjadi pemimpin pembelajaran yang berotonomi penuh.3 Analisis empiris menunjukkan
bahwa Kepemimpinan Guru yang efektif berkorelasi positif dan signifikan dengan
peningkatan motivasi belajar siswa, kedisiplinan, dan pencapaian akademik.1 Keberhasilan transformasi ini
sangat bergantung pada peran strategis Kepala Sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran dan pembentuk budaya sekolah.5 Tantangan utama yang dihadapi
meliputi minimnya pelatihan kepemimpinan yang spesifik dan tingginya beban
administrasi yang menghambat fokus guru pada inovasi instruksional.1 Oleh karena itu, rekomendasi
strategis meliputi penguatan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) berbasis teknologi dan reformasi struktural untuk mengurangi beban
birokrasi, sehingga Kepemimpinan Guru dapat berfungsi optimal sebagai motor
penggerak mutu pendidikan nasional.
Kata Kunci: Kepemimpinan Guru, Guru
Penggerak, Efektivitas Pembelajaran, Kurikulum Merdeka, Pemberdayaan Guru.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang dan Urgensi Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional
Kunci
sukses dalam pembangunan masa depan suatu bangsa sangat bergantung pada
kualitas sistem pendidikannya.5
Di Indonesia, upaya peningkatan mutu pendidikan nasional didorong oleh berbagai
inisiatif reformasi kurikulum dan pengembangan profesionalisme guru. Dalam
sistem ini, guru memegang peran yang sangat sentral; mereka bukan hanya sekadar
sumber ilmu pengetahuan, tetapi merupakan figur utama dan komponen vital dalam
pengelolaan pendidikan secara keseluruhan.2
Seiring
dengan tantangan abad ke-21 yang menuntut kemampuan adaptasi dan inovasi, peran
guru mengalami transformasi signifikan. Tugas tradisional guru meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik.6
Namun, tuntutan kontemporer, terutama di era digital, mengharuskan guru untuk
menjadi pemimpin yang siap mengimplementasikan perkembangan teknologi dalam
proses pembelajaran.7 Tuntutan ini diperkuat oleh kebijakan Kurikulum Merdeka (KM)
yang menekankan fleksibilitas, inovasi, dan fokus pada pengembangan karakter
siswa.3 Pergeseran dari peran guru sebagai administrator kurikulum
menjadi Pemimpin Pembelajaran adalah keharusan strategis untuk
memastikan tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kepemimpinan
guru menjadi tema yang semakin menarik dan kritis untuk dikaji dalam konteks
pendidikan kontemporer.2
Keputusan kebijakan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yang secara
eksplisit memberikan kemerdekaan dan keleluasaan pada pendidik dalam
menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan konteks dan
karakteristik peserta didik 3,
menempatkan tanggung jawab yang besar di pundak guru. Keleluasaan ini secara
implisit menciptakan kebutuhan yang mendesak agar setiap guru memiliki kapasitas
kepemimpinan yang matang. Jika guru tidak menjadi pemimpin yang cakap dalam
mengambil keputusan instruksional yang berpusat pada murid, otonomi yang
diberikan oleh Kurikulum Merdeka justru berisiko menghasilkan inkonsistensi
atau bahkan penurunan kualitas, alih-alih inovasi yang diharapkan. Oleh karena
itu, penguatan kapasitas Kepemimpinan Guru bukan lagi pilihan, melainkan
prasyarat untuk keberhasilan transformasi pembelajaran di tingkat satuan
pendidikan.
B.
Tujuan Kajian
Artikel
ilmiah ini bertujuan untuk:
1.
Menganalisis definisi dan model teoretis Kepemimpinan Guru (Teacher
Leadership).
2.
Mengeksplorasi manifestasi Kepemimpinan Guru dalam kebijakan Kurikulum
Merdeka dan program Guru Penggerak.
3.
Mengukur dan mendiskusikan dampak empiris Kepemimpinan Guru
terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik.
4.
Merumuskan strategi implementatif bagi Kepala Sekolah untuk
memberdayakan dan mendukung kapasitas Kepemimpinan Guru secara berkelanjutan.
II.
LANDASAN TEORITIS: KONSEP DAN MODEL KEPEMIMPINAN GURU
A.
Definisi Konseptual Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership)
Kepemimpinan,
secara umum, melibatkan proses memengaruhi individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam konteks pendidikan, Kepemimpinan Guru merupakan kemampuan
guru untuk memengaruhi para murid dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai
sasaran pendidikan.6 Guru bertindak sebagai pemimpin pendidikan yang memegang peran
sentral dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.1
Secara
fungsional, Kepemimpinan Guru merujuk pada kemampuan seorang guru untuk
mengelola kelas, membimbing siswa, serta berinovasi dalam menyampaikan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.1
Konsep ini juga dijiwai oleh pandangan demokrasi, yang menekankan bahwa
kegiatan kepemimpinan pendidikan harus didukung oleh partisipasi aktif dari
anggota, dalam hal ini peserta didik, melalui mekanisme seperti pemberian tugas
dan kerja sama dalam kelompok.6
B.
Kriteria Kepemimpinan Guru yang Efektif
Kepemimpinan
guru yang efektif bersifat multidimensi, mencakup kompetensi profesional,
pedagogik, dan personal yang terintegrasi.
1. Kompetensi Profesional dan
Instruksional
Seorang
guru yang memimpin secara efektif harus terlebih dahulu menguasai materi ajar,
memiliki variasi metode pengajaran, dan selalu memberikan pengetahuan yang
aktual.6 Guru juga harus memastikan bahwa perencanaan dan persiapan
pembelajaran dilakukan semaksimal mungkin.6
Aspek ini terkait erat dengan peran guru sebagai informator, fasilitator,
mediator, organisator, inisiator, dan evaluator.8
Kepemimpinan instruksional yang kuat dari guru akan meningkatkan efektivitas
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.6
2. Kecerdasan Emosional dan
Relasional
Kepemimpinan
tidak hanya tentang instruksi, tetapi juga tentang hubungan. Kriteria penting
lain adalah dimensi afektif: guru harus mencintai kegiatan mengajar, memiliki
dan mengetahui pengalaman pribadi serta pengetahuan tentang siswanya.6
Secara personal, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat.6
Dalam interaksi kelas, guru harus berani memberikan pujian kepada siswa dan
mampu membangkitkan semangat belajar secara individual bagi peserta didik.6
Kriteria
kepemimpinan yang efektif ini menuntut guru menjadi sosok yang seimbang antara
kompetensi kognitif (penguasaan materi, metode) dan kompetensi afektif (cinta
mengajar, motivasi, pengakuan/pujian). Kegagalan di salah satu aspek, misalnya,
guru memiliki pengetahuan yang luas tetapi tidak mampu membangun hubungan yang
hangat atau tidak memotivasi, akan merusak efektivitas kepemimpinan secara
keseluruhan. Apabila kepemimpinan instruksional yang efektif adalah katalisator
pembelajaran 6, dan kepemimpinan guru mencakup pemberian tugas serta kerja
sama kelompok 6, maka Kepemimpinan Guru secara langsung memfasilitasi model
pembelajaran kolaboratif dan berpusat pada siswa yang menjadi ciri Kurikulum
Merdeka.
3. Sintesis Peran Kepemimpinan
Guru
Tabel
1 menyajikan sintesis dari berbagai dimensi Kepemimpinan Guru yang
diintegrasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Table
1: Sintesis Peran Kepemimpinan Guru yang Efektif
|
Dimensi
Kepemimpinan |
Indikator
Kunci Kepemimpinan Guru |
Dampak
terhadap Pembelajaran |
|
Kepemimpinan
Instruksional |
Penguasaan
materi, variasi metode, perencanaan pembelajaran matang, pemberian
pengetahuan aktual.6 |
Peningkatan
efektivitas dan pencapaian tujuan pembelajaran.6 |
|
Kepemimpinan
Motivasi |
Memberikan
dorongan positif, menciptakan suasana menyenangkan, memberikan penghargaan
atas usaha siswa.1 |
Peningkatan
motivasi, kedisiplinan, dan tanggung jawab belajar siswa.1 |
|
Kepemimpinan
Inovasi |
Mampu
menerapkan strategi pembelajaran berbasis teknologi, menginisiasi inovasi
yang berpusat pada siswa.1 |
Keterlibatan
aktif siswa dan hasil belajar yang lebih tinggi.4 |
|
Kepemimpinan
Kolaboratif |
Menggerakkan
komunitas belajar (Kombel), membangun kolaborasi dengan berbagai pihak (orang
tua, kolega).1 |
Budaya
sekolah yang suportif dan pengembangan profesionalisme guru.5 |
III.
IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN GURU DALAM ARSITEKTUR KEBIJAKAN PENDIDIKAN
A.
Guru Penggerak: Pelembagaan Kepemimpinan Guru
Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) telah secara formal melembagakan konsep Teacher
Leadership melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). PGP adalah
program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang berfokus pada
pelatihan kepemimpinan pembelajaran dan kegiatan kolektif guru.10
Mandat
utama PGP adalah mencetak "pemimpin pembelajaran".10
Materi pembelajaran dalam PGP secara eksplisit mencakup paradigma dan visi Guru
Penggerak, praktik pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, serta peran pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan satuan pendidikan.10
Program ini didesain dengan prinsip profesional, transparan, akuntabel,
terbuka, kolaboratif, dan berkelanjutan.10
Secara
strategis, sertifikat Guru Penggerak berfungsi sebagai salah satu pemenuhan
persyaratan untuk penugasan lain di bidang pendidikan, termasuk menjadi kepala
sekolah atau pengawas sekolah.11
Mekanisme ini menginstitusionalisasikan teacher leadership sebagai
prasyarat bagi kepemimpinan struktural. Hal ini menunjukkan pengakuan formal
bahwa kemampuan guru untuk memimpin di kelas merupakan fondasi yang diperlukan
sebelum mereka mengambil peran kepemimpinan yang lebih luas di tingkat sekolah.
B.
Kepemimpinan Guru di Era Kurikulum Merdeka
Kurikulum
Merdeka (KM) adalah arena implementasi utama Kepemimpinan Guru. KM memberikan
kemerdekaan pada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang
sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.3
Kepemimpinan pembelajaran dalam implementasi KM harus fokus pada tiga pilar:
pengembangan karakter, materi esensial, dan pembelajaran yang fleksibel.3
Keberhasilan
KM tercapai ketika guru menunjukkan kecakapan memimpin. Kecakapan ini harus
mampu memengaruhi, menginspirasi, dan mendorong individu lain (murid dan
kolega) untuk menyumbangkan perubahan positif.3
Dalam hal ini, teacher leadership bukan hanya tentang mengajar, tetapi
tentang memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran.3
Penguatan
Guru Penggerak dan Komunitas Belajar (Kombel) mewakili pergeseran strategis
Kemendikbudristek. Alih-alih mengandalkan model pengembangan kapasitas yang
terpusat dan instruktif, kebijakan saat ini memberdayakan guru internal (peer
leadership) sebagai influencer utama.9
Kepemimpinan guru kini menjadi alat untuk desentralisasi inovasi. KM memberikan
otonomi 3, dan PGP melatih guru untuk menggunakan otonomi tersebut secara
bertanggung jawab melalui kepemimpinan.10
Mekanisme penyebaran inovasi terjadi melalui Kombel, yang digerakkan oleh Guru
Penggerak.9 Oleh karena itu, Teacher Leadership adalah motor
internal Kurikulum Merdeka, menjamin bahwa kemerdekaan belajar menghasilkan
kualitas, bukan kekacauan.
C.
Kepemimpinan Guru dalam Membangun Komunitas Belajar Profesional (Kombel)
Salah
satu wujud nyata dari Kepemimpinan Guru adalah kemampuannya untuk menggerakkan
komunitas belajar profesional di sekolah. Penelitian studi kasus menunjukkan
bagaimana kepemimpinan guru penggerak dapat menjadi katalisator penting dalam
membangun komunitas belajar guru yang aktif dan produktif.9
Kolaborasi ini sangat penting karena Kepemimpinan Guru juga mencakup kemampuan
membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat,
untuk peningkatan mutu pendidikan.1
IV.
ANALISIS DAMPAK KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP EFEKTIVITAS DAN HASIL SISWA
A.
Pengaruh Terhadap Motivasi Belajar dan Disiplin Siswa
Kepemimpinan
guru yang kuat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peningkatan motivasi
belajar siswa.1 Guru yang efektif mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, memberikan dorongan positif, dan memberikan penghargaan atas
usaha siswa.1 Mekanisme afektif ini sangat penting. Pemberian penghargaan,
seperti pujian, hadiah, atau sertifikat prestasi, merupakan salah satu cara
guru meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa.1
Motivasi
belajar memiliki hubungan kausal langsung dengan pencapaian akademik siswa.1
Ketika siswa memiliki dorongan internal dan eksternal yang kuat untuk belajar,
mereka menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk menjadi aktif di
kelas, lebih disiplin dalam menyelesaikan tugas, serta memiliki rasa tanggung
jawab yang lebih besar terhadap proses pembelajaran mereka.1
Dengan demikian, Kepemimpinan Guru berfungsi sebagai pengendali variabel
non-kognitif (motivasi, disiplin, tanggung jawab), yang merupakan fondasi
krusial bagi keberhasilan siswa di jenjang SMP dan masa depan mereka, melampaui
sekadar nilai ujian.
B.
Bukti Empiris Korelasi Positif terhadap Hasil Akademik
Dampak
kepemimpinan guru tidak hanya terbatas pada faktor afektif, tetapi juga terukur
dalam hasil akademik. Penelitian empiris menguatkan bahwa terdapat pengaruh
positif yang signifikan antara kepemimpinan guru terhadap hasil belajar siswa.4
Misalnya, pengujian korelasi dapat menunjukkan koefisien korelasi yang
signifikan, yang memvalidasi bahwa Kepemimpinan Guru adalah variabel kinerja
yang terukur dan berdampak nyata pada pencapaian siswa.4
Efektivitas
pembelajaran yang diciptakan oleh Kepemimpinan Guru memungkinkan peserta didik
untuk menguasai tidak hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga keterampilan spesifik
dan sikap yang positif.6
Guru adalah elemen paling berpengaruh dalam proses dan hasil pendidikan.8
Kepemimpinan instruksional guru yang efektif terbukti mampu meningkatkan
prestasi siswa melalui pendekatan interaktif dan pengelolaan kelas yang
mumpuni.8
C.
Kepemimpinan Guru dan Iklim Kelas yang Kondusif
Sebagai
figur kunci di kelas, guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Guru dengan kepemimpinan yang baik mampu menciptakan lingkungan belajar yang
aman, nyaman, dan mendukung perkembangan intelektual dan sosial siswa.1
Kinerja guru—yang mencerminkan kemampuan mereka dalam mengajar, memenuhi
kebutuhan siswa, dan berinteraksi secara efektif—sangat dipengaruhi oleh
kepemimpinan dan manajemen yang solid.8
Guru
profesional memiliki independensi yang tinggi dalam proses belajar mengajar
(proses instruksional).12
Konsekuensinya, keberhasilan siswa sangat bergantung pada keputusan
kepemimpinan yang diambil guru di dalam kelas setiap hari. Hal ini menjadikan
dampak kepemimpinan guru bersifat mikro, intensif, dan langsung, menegaskan
posisinya sebagai faktor penentu utama hasil belajar siswa.
V.
PERAN STRATEGIS KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMBERDAYA TEACHER
LEADERSHIP
A.
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Katalisator
Kepala
Sekolah memegang peran kunci dalam perbaikan sekolah melalui pengembangan
kepemimpinan guru.13 Kepala Sekolah tidak hanya bertugas memberikan arahan dan
supervisi, tetapi harus menjadi teladan (tauladan) dan motor penggerak
bagi seluruh guru.3 Tujuan utama kepemimpinan kepala sekolah adalah meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran siswa, termasuk memastikan terpenuhinya
delapan standar nasional pendidikan.14
Kepala
Sekolah yang efektif harus melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, termasuk
mendefinisikan dan mengomunikasikan misi sekolah, mengoordinasikan kurikulum,
serta mensupervisi dan mendukung guru.14
Ciri-ciri spesifik kepala sekolah yang efektif antara lain memantau dan menilai
kinerja guru secara terus-menerus, melaksanakan dan mengatur pendampingan
(coaching) dan pelatihan, serta mengoordinasikan pembelajaran kolaboratif.14
Di
era digital, Kepala Sekolah harus menjadi pemimpin yang adaptif dan melek
digital. Kegagalan Kepala Sekolah untuk mengikuti perkembangan teknologi dapat
menghambat kepemimpinan efektif di sekolah dan gagal mendorong guru untuk
berkompetisi dengan perubahan.15
B.
Strategi Pemberdayaan Guru melalui Dukungan dan Delegasi
Kepemimpinan
guru harus didukung oleh strategi pemberdayaan yang sistematis dari Kepala
Sekolah.
1. Dukungan Pengembangan Profesi
Berkelanjutan (PKB)
Kepala
Sekolah sebagai manajer harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi. Ini dapat
dilakukan melalui kegiatan internal seperti In House Training (IHT) dan
diskusi profesional, maupun kegiatan eksternal seperti kesempatan melanjutkan
pendidikan atau mengikuti berbagai pelatihan.16
Peningkatan kompetensi guru juga tidak lepas dari faktor biaya; oleh karena
itu, Kepala Sekolah harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk PKB.16
2. Membangun Budaya Kepercayaan
dan Delegasi
Pemberdayaan
yang berhasil melibatkan pendelegasian otoritas. Model yang diterapkan mencakup
pendelegasian tugas penting, membangun kepercayaan, dan memberikan tugas yang
jelas kepada guru, serta menghargai kemampuan yang mereka miliki.17
Guru profesional, seperti yang ditunjukkan oleh Hanson, memiliki independensi
yang diperlukan dalam proses instruksional.12
Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mengganti model supervisi birokratis
dengan model coaching dan modelling yang memberdayakan guru.14 Kepala
Sekolah bertugas mengatur kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan guru dan
infrastruktur sekolah, yang secara langsung mendukung pembelajaran di kelas.3
C.
Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Kinerja Guru
Kepemimpinan
Kepala Sekolah tidak bekerja dalam ruang hampa. Analisis menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.5
Dalam satu penelitian, kontribusi kedua faktor ini terhadap kinerja guru
mencapai angka 98%.5
Budaya
sekolah yang kuat adalah akselerator bagi tumbuh kembangnya teacher
leadership. Budaya sekolah yang positif, yang mencerminkan nilai dan
pandangan yang dianut warga sekolah, akan mendorong kerjasama, partisipasi
aktif, munculnya gagasan baru, dan pembaharuan.5
Budaya yang sehat, dinamis, dan profesional ini merupakan prasyarat mutlak bagi
guru untuk merasa aman mengambil inisiatif kepemimpinan.5
Karena Kepemimpinan Kepala Sekolah (yang menunjukkan kontribusi individual
signifikan) dan Budaya Sekolah sangat dominan terhadap kinerja guru 5,
dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Guru adalah efek dari ekosistem
sekolah yang sehat, yang secara sistematis diciptakan dan dipelihara oleh
Kepala Sekolah.
Tabel
2: Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan dan Dukungan Kepemimpinan Guru
|
Fungsi
Kepala Sekolah |
Strategi
Aksi (Pemberdayaan Guru) |
Dasar/Tujuan |
|
Pemimpin
Pembelajaran |
Modelling,
supervisi, dan dukungan berkelanjutan, mengoordinasikan pembelajaran
kolaboratif.14 |
Memastikan
praktik pembelajaran bermutu dan terpantau.14 |
|
Manajer
Sumber Daya |
Mengalokasikan
anggaran untuk PKB (Diklat, IHT), memberikan fasilitas dan sarana prasarana
yang mendukung, termasuk adaptasi teknologi.7 |
Memperkuat
kompetensi dan adaptasi teknologi guru.7 |
|
Pengembang
Kapasitas |
Meningkatkan
program pelatihan kepemimpinan berbasis PGP, mengurangi beban administrasi
non-esensial, memberikan insentif/penghargaan.1 |
Mengatasi
tantangan kapasitas dan memfokuskan guru pada tugas utama.1 |
|
Pemimpin
Birokrasi/Budaya |
Mendelegasikan
tugas penting, membangun kepercayaan, memastikan kebijakan sekolah mendukung
inovasi dan profesionalisme guru.5 |
Menciptakan
iklim positif dan budaya profesional di sekolah.5 |
VI.
TANTANGAN DAN REKOMENDASI PENGEMBANGAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN GURU
A.
Identifikasi Tantangan
Meskipun
Kepemimpinan Guru memiliki peran yang signifikan dalam peningkatan mutu
pendidikan, implementasinya di lapangan menghadapi sejumlah tantangan
multifaset.
1.
Kurangnya Pelatihan Kepemimpinan
Khusus: Salah satu hambatan utama adalah kurangnya program pelatihan
kepemimpinan yang memadai dan terfokus bagi guru. Akibatnya, banyak guru yang
masih belum memiliki keterampilan yang memadai dalam memimpin proses
pembelajaran di kelas.1
2.
Beban Administrasi yang Tinggi:
Beban administrasi yang berlebihan menjadi faktor eksternal signifikan yang
mengurangi waktu dan energi guru. Hal ini secara substansial menghambat upaya
mereka dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan fokus pada
tugas instruksional utama.1
3.
Keterbatasan Sumber Daya:
Secara umum, kepemimpinan sekolah sering dihadapkan pada keterbatasan sumber
daya, baik finansial, infrastruktur, maupun sumber daya manusia, yang
memerlukan perhatian serius dari Kepala Sekolah.18
B.
Rekomendasi Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Untuk
mengatasi tantangan ini dan memaksimalkan potensi Kepemimpinan Guru, diperlukan
upaya sistematis dan berkelanjutan:
1. Inovasi dalam Pelatihan dan
Dukungan
Pemerintah
dan institusi pendidikan perlu menyediakan lebih banyak pelatihan yang berfokus
pada pengembangan keterampilan kepemimpinan instruksional, manajemen kelas, dan
terutama adaptasi strategi pembelajaran berbasis teknologi.1
Pelatihan harus didesain untuk mendorong inovasi dan kesiapan guru menghadapi
perkembangan digital.7
2. Reformasi Struktural:
Mengurangi Beban Birokrasi
Kepemimpinan
guru memerlukan waktu yang cukup untuk refleksi, perencanaan inovasi, dan
pengembangan diri.1 Jika waktu ini terenggut oleh tugas birokrasi, kemampuan guru
untuk berinovasi—yang merupakan syarat Kurikulum Merdeka—akan tereduksi. Oleh
karena itu, Kepala Sekolah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada
guru, termasuk mengurangi beban administrasi dan memberikan insentif atau
penghargaan bagi guru yang menunjukkan praktik kepemimpinan yang baik.1
Pengurangan beban administrasi adalah prasyarat non-instruksional
terpenting yang harus dipenuhi oleh pimpinan sekolah untuk mengaktifkan
kepemimpinan instruksional guru.
3. Kolaborasi Sistemik
Kemendikbudristek
menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan organisasi
pendidikan dalam memperkuat kapasitas kepemimpinan guru.1
Dengan adanya upaya yang sistematis, diharapkan Kepemimpinan Guru dapat semakin
berkembang dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan terhadap
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.1
4. Implikasi Praktis bagi Satuan
Pendidikan
Di
tingkat satuan pendidikan, seperti SMPN 1 Trangkil, strategi harus difokuskan
pada pengalokasian waktu khusus untuk Komunitas Belajar (Kombel), pemberian mentorship
dari Guru Penggerak yang telah dilatih kepada guru lain, dan penguatan budaya
pendelegasian yang berbasis kepercayaan, sejalan dengan model pemberdayaan.17
Pemberdayaan ini harus diiringi dengan pendampingan yang efektif dan
berkelanjutan.14
VII.
KESIMPULAN
Kepemimpinan
Guru telah terbukti secara empiris dan teoretis sebagai pilar sentral yang
sangat menentukan efektivitas pembelajaran. Kepemimpinan guru memengaruhi
motivasi siswa, disiplin, dan pencapaian akademik secara signifikan,
menjadikannya faktor utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Di era Kurikulum
Merdeka, peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dan penggerak komunitas telah
dilembagakan melalui program Guru Penggerak, menegaskan pergeseran paradigma
dari pengajaran tradisional menjadi kepemimpinan instruksional yang mandiri.
Namun,
potensi penuh teacher leadership hanya dapat diwujudkan jika Kepala
Sekolah bertindak sebagai pemimpin pembelajaran yang suportif. Peran Kepala
Sekolah tidak hanya terbatas pada fungsi manajerial, tetapi harus mencakup
pendelegasian otoritas, pembangunan budaya sekolah yang profesional (yang
berkontribusi 98% terhadap kinerja guru bersama dengan kepemimpinan kepala
sekolah), dan secara sistematis mengatasi hambatan struktural seperti beban
administrasi yang berlebihan. Hanya melalui upaya sistematis dan berkelanjutan
yang memprioritaskan pengembangan kapasitas kepemimpinan di lini depan
pembelajaran—di dalam kelas—tujuan peningkatan mutu pendidikan nasional dapat
tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Ahmadi. (2009). Psikologi
sosial. Rineka Cipta.
Akman, Y. (2021). The
relationships among teacher leadership, teacher self-efficacy and teacher
performance. Kuramsal Egitimbilim Dergisi (Journal of Theoretical
Educational Science), 14(4), 720–744.
Bush, T. (2008). Strategi
kepemimpinan kepala sekolah [Book].
Cunningham, &
Cordeiro. (2009). Peran kepemimpinan kepala sekolah [Book].
Fadhli. (2017). Guru
sebagai penentu utama hasil pendidikan [Article].
Hallinger, P. (1994).
Exploring the impact of principal leadership. School Effectiveness and
School Improvement: An International Journal of Research, Policy, and Practice.
Hasibuan, M. (2018). [Judul
tidak tersedia].
Mulyasa, E. (2017). Kepemimpinan
guru dalam peningkatan mutu pendidikan [Book].
Nurkolis. (2013). Manajemen
berbasis sekolah: Teori, model, dan aplikasi.
OECD. (2009). Ciri-ciri
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. OECD Publishing.
Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2022 tentang Pendidikan Guru Penggerak.
Sardiman, A. M.
(2018). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Rajawali Pers.
Siagian, S. P. (2010).
Teori & praktek kepemimpinan. Rineka Cipta.
Slamet, P. H. (2019). [Judul
tidak tersedia].
Sujarwo, S.,
Rakhmawati, Y., & Cahyandaru, P. (2023). Analysis of the impact of the
Merdeka Curriculum policy on stakeholders at primary school. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 11(2), 513–530.
Suntoro, R., &
Widoro, H. (2020). Internalisasi nilai Merdeka Belajar dalam pembelajaran PAI
di masa pandemi Covid-19. Mudarrisuna, 10(2), 143–165.
Suyanto, & Jihad,
A. (2013). [Judul tidak tersedia].
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, H. B. (2016). Teori
motivasi dan pengukurannya [Book].
Yamin, M., &
Syahrir, S. (2020). Pembangunan pendidikan Merdeka Belajar (Telaah metode
pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1).
