SMP N 1 Trangkil

Berita

Berita

Artikel

kpop

Reality Show

Minggu, 16 November 2025

KEPEMIMPINAN GURU SEBAGAI PILAR SENTRAL TRANSFORMASI PEMBELAJARAN DI ERA KURIKULUM MERDEKA: Kajian Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Kapasitas Profesional

KEPEMIMPINAN GURU SEBAGAI PILAR SENTRAL TRANSFORMASI PEMBELAJARAN DI ERA KURIKULUM MERDEKA: Kajian Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Kapasitas Profesional

 

KEPEMIMPINAN GURU SEBAGAI PILAR SENTRAL TRANSFORMASI PEMBELAJARAN DI ERA KURIKULUM MERDEKA: Kajian Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Kapasitas Profesional

Oleh:

Kristina Ratna Kartika, S.Pd., M.Pd.

Kepala Sekolah SMPN 1 Trangkil

 

ABSTRAK

Artikel ini menyajikan kajian mendalam mengenai Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) sebagai variabel kritis dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kepemimpinan Guru didefinisikan sebagai kemampuan sentral seorang pendidik untuk mengelola lingkungan belajar, memotivasi peserta didik, dan mendorong inovasi kolektif.1 Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka (KM), peran guru telah bergeser dari sekadar pelaksana instruksional menjadi pemimpin pembelajaran yang berotonomi penuh.3 Analisis empiris menunjukkan bahwa Kepemimpinan Guru yang efektif berkorelasi positif dan signifikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa, kedisiplinan, dan pencapaian akademik.1 Keberhasilan transformasi ini sangat bergantung pada peran strategis Kepala Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dan pembentuk budaya sekolah.5 Tantangan utama yang dihadapi meliputi minimnya pelatihan kepemimpinan yang spesifik dan tingginya beban administrasi yang menghambat fokus guru pada inovasi instruksional.1 Oleh karena itu, rekomendasi strategis meliputi penguatan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) berbasis teknologi dan reformasi struktural untuk mengurangi beban birokrasi, sehingga Kepemimpinan Guru dapat berfungsi optimal sebagai motor penggerak mutu pendidikan nasional.

Kata Kunci: Kepemimpinan Guru, Guru Penggerak, Efektivitas Pembelajaran, Kurikulum Merdeka, Pemberdayaan Guru.

 

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Urgensi Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional

Kunci sukses dalam pembangunan masa depan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sistem pendidikannya.5 Di Indonesia, upaya peningkatan mutu pendidikan nasional didorong oleh berbagai inisiatif reformasi kurikulum dan pengembangan profesionalisme guru. Dalam sistem ini, guru memegang peran yang sangat sentral; mereka bukan hanya sekadar sumber ilmu pengetahuan, tetapi merupakan figur utama dan komponen vital dalam pengelolaan pendidikan secara keseluruhan.2

Seiring dengan tantangan abad ke-21 yang menuntut kemampuan adaptasi dan inovasi, peran guru mengalami transformasi signifikan. Tugas tradisional guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik.6 Namun, tuntutan kontemporer, terutama di era digital, mengharuskan guru untuk menjadi pemimpin yang siap mengimplementasikan perkembangan teknologi dalam proses pembelajaran.7 Tuntutan ini diperkuat oleh kebijakan Kurikulum Merdeka (KM) yang menekankan fleksibilitas, inovasi, dan fokus pada pengembangan karakter siswa.3 Pergeseran dari peran guru sebagai administrator kurikulum menjadi Pemimpin Pembelajaran adalah keharusan strategis untuk memastikan tujuan pendidikan dapat tercapai.

Kepemimpinan guru menjadi tema yang semakin menarik dan kritis untuk dikaji dalam konteks pendidikan kontemporer.2 Keputusan kebijakan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yang secara eksplisit memberikan kemerdekaan dan keleluasaan pada pendidik dalam menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan konteks dan karakteristik peserta didik 3, menempatkan tanggung jawab yang besar di pundak guru. Keleluasaan ini secara implisit menciptakan kebutuhan yang mendesak agar setiap guru memiliki kapasitas kepemimpinan yang matang. Jika guru tidak menjadi pemimpin yang cakap dalam mengambil keputusan instruksional yang berpusat pada murid, otonomi yang diberikan oleh Kurikulum Merdeka justru berisiko menghasilkan inkonsistensi atau bahkan penurunan kualitas, alih-alih inovasi yang diharapkan. Oleh karena itu, penguatan kapasitas Kepemimpinan Guru bukan lagi pilihan, melainkan prasyarat untuk keberhasilan transformasi pembelajaran di tingkat satuan pendidikan.

 

B. Tujuan Kajian

Artikel ilmiah ini bertujuan untuk:

1.    Menganalisis definisi dan model teoretis Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership).

2.    Mengeksplorasi manifestasi Kepemimpinan Guru dalam kebijakan Kurikulum Merdeka dan program Guru Penggerak.

3.    Mengukur dan mendiskusikan dampak empiris Kepemimpinan Guru terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik.

4.    Merumuskan strategi implementatif bagi Kepala Sekolah untuk memberdayakan dan mendukung kapasitas Kepemimpinan Guru secara berkelanjutan.

 

II. LANDASAN TEORITIS: KONSEP DAN MODEL KEPEMIMPINAN GURU

A. Definisi Konseptual Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership)

Kepemimpinan, secara umum, melibatkan proses memengaruhi individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks pendidikan, Kepemimpinan Guru merupakan kemampuan guru untuk memengaruhi para murid dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai sasaran pendidikan.6 Guru bertindak sebagai pemimpin pendidikan yang memegang peran sentral dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.1

Secara fungsional, Kepemimpinan Guru merujuk pada kemampuan seorang guru untuk mengelola kelas, membimbing siswa, serta berinovasi dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.1 Konsep ini juga dijiwai oleh pandangan demokrasi, yang menekankan bahwa kegiatan kepemimpinan pendidikan harus didukung oleh partisipasi aktif dari anggota, dalam hal ini peserta didik, melalui mekanisme seperti pemberian tugas dan kerja sama dalam kelompok.6

 

B. Kriteria Kepemimpinan Guru yang Efektif

Kepemimpinan guru yang efektif bersifat multidimensi, mencakup kompetensi profesional, pedagogik, dan personal yang terintegrasi.

1. Kompetensi Profesional dan Instruksional

Seorang guru yang memimpin secara efektif harus terlebih dahulu menguasai materi ajar, memiliki variasi metode pengajaran, dan selalu memberikan pengetahuan yang aktual.6 Guru juga harus memastikan bahwa perencanaan dan persiapan pembelajaran dilakukan semaksimal mungkin.6 Aspek ini terkait erat dengan peran guru sebagai informator, fasilitator, mediator, organisator, inisiator, dan evaluator.8 Kepemimpinan instruksional yang kuat dari guru akan meningkatkan efektivitas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.6

2. Kecerdasan Emosional dan Relasional

Kepemimpinan tidak hanya tentang instruksi, tetapi juga tentang hubungan. Kriteria penting lain adalah dimensi afektif: guru harus mencintai kegiatan mengajar, memiliki dan mengetahui pengalaman pribadi serta pengetahuan tentang siswanya.6 Secara personal, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat.6 Dalam interaksi kelas, guru harus berani memberikan pujian kepada siswa dan mampu membangkitkan semangat belajar secara individual bagi peserta didik.6

Kriteria kepemimpinan yang efektif ini menuntut guru menjadi sosok yang seimbang antara kompetensi kognitif (penguasaan materi, metode) dan kompetensi afektif (cinta mengajar, motivasi, pengakuan/pujian). Kegagalan di salah satu aspek, misalnya, guru memiliki pengetahuan yang luas tetapi tidak mampu membangun hubungan yang hangat atau tidak memotivasi, akan merusak efektivitas kepemimpinan secara keseluruhan. Apabila kepemimpinan instruksional yang efektif adalah katalisator pembelajaran 6, dan kepemimpinan guru mencakup pemberian tugas serta kerja sama kelompok 6, maka Kepemimpinan Guru secara langsung memfasilitasi model pembelajaran kolaboratif dan berpusat pada siswa yang menjadi ciri Kurikulum Merdeka.

3. Sintesis Peran Kepemimpinan Guru

Tabel 1 menyajikan sintesis dari berbagai dimensi Kepemimpinan Guru yang diintegrasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Table 1: Sintesis Peran Kepemimpinan Guru yang Efektif

 

Dimensi Kepemimpinan

Indikator Kunci Kepemimpinan Guru

Dampak terhadap Pembelajaran

Kepemimpinan Instruksional

Penguasaan materi, variasi metode, perencanaan pembelajaran matang, pemberian pengetahuan aktual.6

Peningkatan efektivitas dan pencapaian tujuan pembelajaran.6

Kepemimpinan Motivasi

Memberikan dorongan positif, menciptakan suasana menyenangkan, memberikan penghargaan atas usaha siswa.1

Peningkatan motivasi, kedisiplinan, dan tanggung jawab belajar siswa.1

Kepemimpinan Inovasi

Mampu menerapkan strategi pembelajaran berbasis teknologi, menginisiasi inovasi yang berpusat pada siswa.1

Keterlibatan aktif siswa dan hasil belajar yang lebih tinggi.4

Kepemimpinan Kolaboratif

Menggerakkan komunitas belajar (Kombel), membangun kolaborasi dengan berbagai pihak (orang tua, kolega).1

Budaya sekolah yang suportif dan pengembangan profesionalisme guru.5

 

III. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN GURU DALAM ARSITEKTUR KEBIJAKAN PENDIDIKAN

A. Guru Penggerak: Pelembagaan Kepemimpinan Guru

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah secara formal melembagakan konsep Teacher Leadership melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). PGP adalah program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang berfokus pada pelatihan kepemimpinan pembelajaran dan kegiatan kolektif guru.10

Mandat utama PGP adalah mencetak "pemimpin pembelajaran".10 Materi pembelajaran dalam PGP secara eksplisit mencakup paradigma dan visi Guru Penggerak, praktik pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, serta peran pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan satuan pendidikan.10 Program ini didesain dengan prinsip profesional, transparan, akuntabel, terbuka, kolaboratif, dan berkelanjutan.10

Secara strategis, sertifikat Guru Penggerak berfungsi sebagai salah satu pemenuhan persyaratan untuk penugasan lain di bidang pendidikan, termasuk menjadi kepala sekolah atau pengawas sekolah.11 Mekanisme ini menginstitusionalisasikan teacher leadership sebagai prasyarat bagi kepemimpinan struktural. Hal ini menunjukkan pengakuan formal bahwa kemampuan guru untuk memimpin di kelas merupakan fondasi yang diperlukan sebelum mereka mengambil peran kepemimpinan yang lebih luas di tingkat sekolah.

B. Kepemimpinan Guru di Era Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka (KM) adalah arena implementasi utama Kepemimpinan Guru. KM memberikan kemerdekaan pada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.3 Kepemimpinan pembelajaran dalam implementasi KM harus fokus pada tiga pilar: pengembangan karakter, materi esensial, dan pembelajaran yang fleksibel.3

Keberhasilan KM tercapai ketika guru menunjukkan kecakapan memimpin. Kecakapan ini harus mampu memengaruhi, menginspirasi, dan mendorong individu lain (murid dan kolega) untuk menyumbangkan perubahan positif.3 Dalam hal ini, teacher leadership bukan hanya tentang mengajar, tetapi tentang memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.3

Penguatan Guru Penggerak dan Komunitas Belajar (Kombel) mewakili pergeseran strategis Kemendikbudristek. Alih-alih mengandalkan model pengembangan kapasitas yang terpusat dan instruktif, kebijakan saat ini memberdayakan guru internal (peer leadership) sebagai influencer utama.9 Kepemimpinan guru kini menjadi alat untuk desentralisasi inovasi. KM memberikan otonomi 3, dan PGP melatih guru untuk menggunakan otonomi tersebut secara bertanggung jawab melalui kepemimpinan.10 Mekanisme penyebaran inovasi terjadi melalui Kombel, yang digerakkan oleh Guru Penggerak.9 Oleh karena itu, Teacher Leadership adalah motor internal Kurikulum Merdeka, menjamin bahwa kemerdekaan belajar menghasilkan kualitas, bukan kekacauan.

C. Kepemimpinan Guru dalam Membangun Komunitas Belajar Profesional (Kombel)

Salah satu wujud nyata dari Kepemimpinan Guru adalah kemampuannya untuk menggerakkan komunitas belajar profesional di sekolah. Penelitian studi kasus menunjukkan bagaimana kepemimpinan guru penggerak dapat menjadi katalisator penting dalam membangun komunitas belajar guru yang aktif dan produktif.9 Kolaborasi ini sangat penting karena Kepemimpinan Guru juga mencakup kemampuan membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat, untuk peningkatan mutu pendidikan.1

 

IV. ANALISIS DAMPAK KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP EFEKTIVITAS DAN HASIL SISWA

A. Pengaruh Terhadap Motivasi Belajar dan Disiplin Siswa

Kepemimpinan guru yang kuat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peningkatan motivasi belajar siswa.1 Guru yang efektif mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberikan dorongan positif, dan memberikan penghargaan atas usaha siswa.1 Mekanisme afektif ini sangat penting. Pemberian penghargaan, seperti pujian, hadiah, atau sertifikat prestasi, merupakan salah satu cara guru meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa.1

Motivasi belajar memiliki hubungan kausal langsung dengan pencapaian akademik siswa.1 Ketika siswa memiliki dorongan internal dan eksternal yang kuat untuk belajar, mereka menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk menjadi aktif di kelas, lebih disiplin dalam menyelesaikan tugas, serta memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap proses pembelajaran mereka.1 Dengan demikian, Kepemimpinan Guru berfungsi sebagai pengendali variabel non-kognitif (motivasi, disiplin, tanggung jawab), yang merupakan fondasi krusial bagi keberhasilan siswa di jenjang SMP dan masa depan mereka, melampaui sekadar nilai ujian.

B. Bukti Empiris Korelasi Positif terhadap Hasil Akademik

Dampak kepemimpinan guru tidak hanya terbatas pada faktor afektif, tetapi juga terukur dalam hasil akademik. Penelitian empiris menguatkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kepemimpinan guru terhadap hasil belajar siswa.4 Misalnya, pengujian korelasi dapat menunjukkan koefisien korelasi yang signifikan, yang memvalidasi bahwa Kepemimpinan Guru adalah variabel kinerja yang terukur dan berdampak nyata pada pencapaian siswa.4

Efektivitas pembelajaran yang diciptakan oleh Kepemimpinan Guru memungkinkan peserta didik untuk menguasai tidak hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga keterampilan spesifik dan sikap yang positif.6 Guru adalah elemen paling berpengaruh dalam proses dan hasil pendidikan.8 Kepemimpinan instruksional guru yang efektif terbukti mampu meningkatkan prestasi siswa melalui pendekatan interaktif dan pengelolaan kelas yang mumpuni.8

C. Kepemimpinan Guru dan Iklim Kelas yang Kondusif

Sebagai figur kunci di kelas, guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif. Guru dengan kepemimpinan yang baik mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan intelektual dan sosial siswa.1 Kinerja guru—yang mencerminkan kemampuan mereka dalam mengajar, memenuhi kebutuhan siswa, dan berinteraksi secara efektif—sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dan manajemen yang solid.8

Guru profesional memiliki independensi yang tinggi dalam proses belajar mengajar (proses instruksional).12 Konsekuensinya, keberhasilan siswa sangat bergantung pada keputusan kepemimpinan yang diambil guru di dalam kelas setiap hari. Hal ini menjadikan dampak kepemimpinan guru bersifat mikro, intensif, dan langsung, menegaskan posisinya sebagai faktor penentu utama hasil belajar siswa.

 

 

 

V. PERAN STRATEGIS KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMBERDAYA TEACHER LEADERSHIP

A. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Katalisator

Kepala Sekolah memegang peran kunci dalam perbaikan sekolah melalui pengembangan kepemimpinan guru.13 Kepala Sekolah tidak hanya bertugas memberikan arahan dan supervisi, tetapi harus menjadi teladan (tauladan) dan motor penggerak bagi seluruh guru.3 Tujuan utama kepemimpinan kepala sekolah adalah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa, termasuk memastikan terpenuhinya delapan standar nasional pendidikan.14

Kepala Sekolah yang efektif harus melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, termasuk mendefinisikan dan mengomunikasikan misi sekolah, mengoordinasikan kurikulum, serta mensupervisi dan mendukung guru.14 Ciri-ciri spesifik kepala sekolah yang efektif antara lain memantau dan menilai kinerja guru secara terus-menerus, melaksanakan dan mengatur pendampingan (coaching) dan pelatihan, serta mengoordinasikan pembelajaran kolaboratif.14

Di era digital, Kepala Sekolah harus menjadi pemimpin yang adaptif dan melek digital. Kegagalan Kepala Sekolah untuk mengikuti perkembangan teknologi dapat menghambat kepemimpinan efektif di sekolah dan gagal mendorong guru untuk berkompetisi dengan perubahan.15

B. Strategi Pemberdayaan Guru melalui Dukungan dan Delegasi

Kepemimpinan guru harus didukung oleh strategi pemberdayaan yang sistematis dari Kepala Sekolah.

1. Dukungan Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PKB)

Kepala Sekolah sebagai manajer harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan internal seperti In House Training (IHT) dan diskusi profesional, maupun kegiatan eksternal seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai pelatihan.16 Peningkatan kompetensi guru juga tidak lepas dari faktor biaya; oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk PKB.16

2. Membangun Budaya Kepercayaan dan Delegasi

Pemberdayaan yang berhasil melibatkan pendelegasian otoritas. Model yang diterapkan mencakup pendelegasian tugas penting, membangun kepercayaan, dan memberikan tugas yang jelas kepada guru, serta menghargai kemampuan yang mereka miliki.17 Guru profesional, seperti yang ditunjukkan oleh Hanson, memiliki independensi yang diperlukan dalam proses instruksional.12 Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mengganti model supervisi birokratis dengan model coaching dan modelling yang memberdayakan guru.14 Kepala Sekolah bertugas mengatur kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan guru dan infrastruktur sekolah, yang secara langsung mendukung pembelajaran di kelas.3

C. Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Kinerja Guru

Kepemimpinan Kepala Sekolah tidak bekerja dalam ruang hampa. Analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru.5 Dalam satu penelitian, kontribusi kedua faktor ini terhadap kinerja guru mencapai angka 98%.5

Budaya sekolah yang kuat adalah akselerator bagi tumbuh kembangnya teacher leadership. Budaya sekolah yang positif, yang mencerminkan nilai dan pandangan yang dianut warga sekolah, akan mendorong kerjasama, partisipasi aktif, munculnya gagasan baru, dan pembaharuan.5 Budaya yang sehat, dinamis, dan profesional ini merupakan prasyarat mutlak bagi guru untuk merasa aman mengambil inisiatif kepemimpinan.5 Karena Kepemimpinan Kepala Sekolah (yang menunjukkan kontribusi individual signifikan) dan Budaya Sekolah sangat dominan terhadap kinerja guru 5, dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Guru adalah efek dari ekosistem sekolah yang sehat, yang secara sistematis diciptakan dan dipelihara oleh Kepala Sekolah.

Tabel 2: Strategi Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan dan Dukungan Kepemimpinan Guru

Fungsi Kepala Sekolah

Strategi Aksi (Pemberdayaan Guru)

Dasar/Tujuan

Pemimpin Pembelajaran

Modelling, supervisi, dan dukungan berkelanjutan, mengoordinasikan pembelajaran kolaboratif.14

Memastikan praktik pembelajaran bermutu dan terpantau.14

Manajer Sumber Daya

Mengalokasikan anggaran untuk PKB (Diklat, IHT), memberikan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung, termasuk adaptasi teknologi.7

Memperkuat kompetensi dan adaptasi teknologi guru.7

Pengembang Kapasitas

Meningkatkan program pelatihan kepemimpinan berbasis PGP, mengurangi beban administrasi non-esensial, memberikan insentif/penghargaan.1

Mengatasi tantangan kapasitas dan memfokuskan guru pada tugas utama.1

Pemimpin Birokrasi/Budaya

Mendelegasikan tugas penting, membangun kepercayaan, memastikan kebijakan sekolah mendukung inovasi dan profesionalisme guru.5

Menciptakan iklim positif dan budaya profesional di sekolah.5

 

VI. TANTANGAN DAN REKOMENDASI PENGEMBANGAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN GURU

A. Identifikasi Tantangan

Meskipun Kepemimpinan Guru memiliki peran yang signifikan dalam peningkatan mutu pendidikan, implementasinya di lapangan menghadapi sejumlah tantangan multifaset.

1.    Kurangnya Pelatihan Kepemimpinan Khusus: Salah satu hambatan utama adalah kurangnya program pelatihan kepemimpinan yang memadai dan terfokus bagi guru. Akibatnya, banyak guru yang masih belum memiliki keterampilan yang memadai dalam memimpin proses pembelajaran di kelas.1

2.    Beban Administrasi yang Tinggi: Beban administrasi yang berlebihan menjadi faktor eksternal signifikan yang mengurangi waktu dan energi guru. Hal ini secara substansial menghambat upaya mereka dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan fokus pada tugas instruksional utama.1

3.    Keterbatasan Sumber Daya: Secara umum, kepemimpinan sekolah sering dihadapkan pada keterbatasan sumber daya, baik finansial, infrastruktur, maupun sumber daya manusia, yang memerlukan perhatian serius dari Kepala Sekolah.18

 

B. Rekomendasi Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Untuk mengatasi tantangan ini dan memaksimalkan potensi Kepemimpinan Guru, diperlukan upaya sistematis dan berkelanjutan:

1. Inovasi dalam Pelatihan dan Dukungan

Pemerintah dan institusi pendidikan perlu menyediakan lebih banyak pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan kepemimpinan instruksional, manajemen kelas, dan terutama adaptasi strategi pembelajaran berbasis teknologi.1 Pelatihan harus didesain untuk mendorong inovasi dan kesiapan guru menghadapi perkembangan digital.7

2. Reformasi Struktural: Mengurangi Beban Birokrasi

Kepemimpinan guru memerlukan waktu yang cukup untuk refleksi, perencanaan inovasi, dan pengembangan diri.1 Jika waktu ini terenggut oleh tugas birokrasi, kemampuan guru untuk berinovasi—yang merupakan syarat Kurikulum Merdeka—akan tereduksi. Oleh karena itu, Kepala Sekolah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada guru, termasuk mengurangi beban administrasi dan memberikan insentif atau penghargaan bagi guru yang menunjukkan praktik kepemimpinan yang baik.1 Pengurangan beban administrasi adalah prasyarat non-instruksional terpenting yang harus dipenuhi oleh pimpinan sekolah untuk mengaktifkan kepemimpinan instruksional guru.

3. Kolaborasi Sistemik

Kemendikbudristek menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan organisasi pendidikan dalam memperkuat kapasitas kepemimpinan guru.1 Dengan adanya upaya yang sistematis, diharapkan Kepemimpinan Guru dapat semakin berkembang dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.1

4. Implikasi Praktis bagi Satuan Pendidikan

Di tingkat satuan pendidikan, seperti SMPN 1 Trangkil, strategi harus difokuskan pada pengalokasian waktu khusus untuk Komunitas Belajar (Kombel), pemberian mentorship dari Guru Penggerak yang telah dilatih kepada guru lain, dan penguatan budaya pendelegasian yang berbasis kepercayaan, sejalan dengan model pemberdayaan.17 Pemberdayaan ini harus diiringi dengan pendampingan yang efektif dan berkelanjutan.14

 

 

 

VII. KESIMPULAN

Kepemimpinan Guru telah terbukti secara empiris dan teoretis sebagai pilar sentral yang sangat menentukan efektivitas pembelajaran. Kepemimpinan guru memengaruhi motivasi siswa, disiplin, dan pencapaian akademik secara signifikan, menjadikannya faktor utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Di era Kurikulum Merdeka, peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dan penggerak komunitas telah dilembagakan melalui program Guru Penggerak, menegaskan pergeseran paradigma dari pengajaran tradisional menjadi kepemimpinan instruksional yang mandiri.

Namun, potensi penuh teacher leadership hanya dapat diwujudkan jika Kepala Sekolah bertindak sebagai pemimpin pembelajaran yang suportif. Peran Kepala Sekolah tidak hanya terbatas pada fungsi manajerial, tetapi harus mencakup pendelegasian otoritas, pembangunan budaya sekolah yang profesional (yang berkontribusi 98% terhadap kinerja guru bersama dengan kepemimpinan kepala sekolah), dan secara sistematis mengatasi hambatan struktural seperti beban administrasi yang berlebihan. Hanya melalui upaya sistematis dan berkelanjutan yang memprioritaskan pengembangan kapasitas kepemimpinan di lini depan pembelajaran—di dalam kelas—tujuan peningkatan mutu pendidikan nasional dapat tercapai.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abu Ahmadi. (2009). Psikologi sosial. Rineka Cipta.

Akman, Y. (2021). The relationships among teacher leadership, teacher self-efficacy and teacher performance. Kuramsal Egitimbilim Dergisi (Journal of Theoretical Educational Science), 14(4), 720–744.

Bush, T. (2008). Strategi kepemimpinan kepala sekolah [Book].

Cunningham, & Cordeiro. (2009). Peran kepemimpinan kepala sekolah [Book].

Fadhli. (2017). Guru sebagai penentu utama hasil pendidikan [Article].

Hallinger, P. (1994). Exploring the impact of principal leadership. School Effectiveness and School Improvement: An International Journal of Research, Policy, and Practice.

Hasibuan, M. (2018). [Judul tidak tersedia].

Mulyasa, E. (2017). Kepemimpinan guru dalam peningkatan mutu pendidikan [Book].

Nurkolis. (2013). Manajemen berbasis sekolah: Teori, model, dan aplikasi.

OECD. (2009). Ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. OECD Publishing.

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2022 tentang Pendidikan Guru Penggerak.

Sardiman, A. M. (2018). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Rajawali Pers.

Siagian, S. P. (2010). Teori & praktek kepemimpinan. Rineka Cipta.

Slamet, P. H. (2019). [Judul tidak tersedia].

Sujarwo, S., Rakhmawati, Y., & Cahyandaru, P. (2023). Analysis of the impact of the Merdeka Curriculum policy on stakeholders at primary school. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 11(2), 513–530.

Suntoro, R., & Widoro, H. (2020). Internalisasi nilai Merdeka Belajar dalam pembelajaran PAI di masa pandemi Covid-19. Mudarrisuna, 10(2), 143–165.

Suyanto, & Jihad, A. (2013). [Judul tidak tersedia].

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uno, H. B. (2016). Teori motivasi dan pengukurannya [Book].

Yamin, M., & Syahrir, S. (2020). Pembangunan pendidikan Merdeka Belajar (Telaah metode pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1).

 


Materi

Video

Tugas